SEJARAH MASJID JAMI' AL - YAQIN
Dahulu bernama Masjid PERDANA ENGGAL
Masjid Jami’ Al – Yaqin merupakan masjid tertua (sudah ada sejak 1808 sebelum Gunung Krakatoa meletus th. 1883) yang terletak di jalan utama / protokol Kotamadya Bandar Lampung, tepatnya di Jalan Raden Intan, Tanjung Karang (sekarang masuk Kec. Enggal). Menurut almarhum K.H. Ali Thasim, sebelum beliau meninggal dunia, kemudian diperkuat oleh cerita almarhum H. Abdul Mukti serta dibenarkan oleh H. Daswin Zainuddin, Drs. Muntaha dan Drs. Bhastian Hendra.
Pada mulanya, sekitar tahun 1808 adalah sebuah bangunan Surou berupa pelupuh bambu beratapkan rumbia (alang – alang) sifatnya hanya dipergunakan untuk kepentingan pribadi, pada tahun 1882 (cikal bakal) diperluas hingga menjadi bangunan berbentuk Mushola, yang letaknya persis disimpang 4 (empat) Pasar Bawah (sekitar kurang lebih tahun 1980an tempat tersebut diganti / ditempati Pos Polisi pertama Kota Tanjung Karang), dibangun oleh orang – orang Bengkulu yang merantau di Tanjung Karang.
Pada tahun 1912 tepatnya bulan September bangunan tersebut dipindah dengan cara digotong beramai – ramai bersama warga kampung sekitar (dahulu bernama kampung Enggal) dimana Surou / Mushola dipindahkan menempati tanah negara yaitu dipinggir kali (tempat wudhu yang sekarang) yang bersebelahan dengan tanah milik alm. H. Muchyiddin (Suku Lampung) dan alm. H. Muhammad Yaqin (Suku Bengkulu), yang kemudian alm. H. Muchyiddin dan H. Muhammad Yaqin sepakat untuk mewakafkan tanah mereka untuk kepentingan Surou / Mushola tersebut, sehingga pada tahun 1923 diperbesar menjadi sebuah bangunan Masjid, dengan tanah berukuran ± 30 × 37 m dan luas ± 1.107 M². Ketika itu, bentuk bangunannya masih semi permanen (berdinding setengah bata setengah papan, lantai semen, dengan atap genteng) tanpa kubah dan menara, Diberi nama Masjid Enggal Perdana. Pada 1965, atribut masjid ini kembali diubah menjadi Masjid Jami’ Al – Yaqin hingga sekarang. Pemberian nama tersebut juga tidak terlepas dari usul yang dilayangkan Konsulat Jenderal kedutaan Kerajaan Arab Saudi H. Umar Murot, Menurut almarhum H. Abdul Mukti.
Menjadi Basis Pelawanan terhadap penjajah Belanda
Keberadaan Masjid Jami’ Al – Yaqin sejak 1912 di Tanjungkarang diyakini sebagai cikal bakal pusat kegiatan umat. Bukan hanya dalam syiar agama, melainkan juga menjadi wadah kekuatan dalam menentang Belanda.
Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan syiar dan perjuangan di masjid itu ialah K.H. Ali Tasim. Sebagai salah satu santri K.H. Gholib, Ali Tasim juga menjadi panglima Hizbullah Tanjungkarang pada masa agresi Belanda I 1946.
"Pergerakan Hizbullah yang merupakan perkumpulan penentang penjajahan bernuansa Islam itu, merupakan salah satu kelompok yang paling sering terlibat bentrok dengan penjajah," kata seorang putra K.H. Ali Tasim, Drs. Muntaha.
Seiring semakin kuatnya persatuan umat muslim saat itu, pada agresi militer Belanda II tahun 1948, pejuang di Masjid Al Yaqin bertahan. Walaupun sempat kocar-kacir akibat serangan Belanda yang menggunakan senjata canggih, ulama bersama umat mampu mempertahankan markasnya.
Media yang paling menonjol dari kegiatan umat Islam di Al Yaqin adalah pengajian. Halakah itu menjadi wahana dalam rangka mengumpulkan umat muslim untuk bersatu melawan penjajah. Setelah merdeka, Al Yaqin menjadi pusat syiar Islam. Bahkan, tidak jarang ulama datang dari luar Lampung berceramah di masjid itu yang dulunya dikenal dengan Masjid Enggal Perdana itu.
Pemugaran / Renovasi :
Untuk pertama kalinya, pada tahun 1923, Masjid Jami’ Al – Yaqin dipugar menjadi Semi permanen, namun tanpa kubah. Baru pada tahun 1952 dibangun kubah berbentuk susun tiga keatas (yang memiliki makna Syariat, Tarikat, Makrifat) mirip kubah masjid Agung Demak menurut Drs. Muntaha anak dari almarhum K.H. Ali Thasim.
Pada tahun 1963 Masjid Jami’ Al – Yaqin dilakukan pemugaran / renovasi kembali secara menyeluruh menjadi permanen termasuk kubahnya dibentuk bulat, sehingga terlihat seperti saat ini. Pemugaran tersebut atas perakarsa H. Iskak Ardalik (almarhum) sebagai donatur terbesar saat itu, sedangkan team pemugaran dilaksanakan oleh K.H. Ali Thasim (almarhum) sebagai ketua panitia pembangunan, arsitek (bantuan tenaga ahli Mr. Hoffmann dari Jerman / tenaga BAS) bernama Diroen (almarhum) asal Madiun dan H. Asturi (almarhum) dibantu oleh (almarhum) H. Amin Thasim serta Ta’mir yang lainnya sebagai pelaksana. Demikian pula tulisan kaligrafi yang timbul di dinding merupakan hasil karya seorang Santri dari Jawa Barat.
Pada tahun 1990 dilakukan kembali pemugaran / renovasi yang dananya merupakan Infaq dari Bapak Nurdin Muhayat, mantan Walikota Bandar Lampung. Ia juga menjadi Ketua umum Masjid Jami’ Al – Yaqin pada saat itu. Yang dipugar antara lain bagian kayu, atap dan genteng. Untuk memperoleh keindahan masjid dilakukan pengecatan total, pemasangan lampu hias, pembuatan taman di bagian belakang dan depan masjid.
Pada tahun 2000 dilakukan penambahan ruangan ibadah / sholat pada bagian bawah / besement, yang diperakarsai oleh H. Mudhori Kusuma Yudha, S.H. sebagai Ketua umum Masjid Jami’ Al – Yaqin pada saat itu.
Pada awal tahun 2009 sampai dengan 2016 dibawah kepemimpinan H. Zainal Abidin, B.A. sebagai Ketua umum Masjid Jami’ Al – Yaqin pada saat itu, dilakukan lagi beberapa penambahan ruangan antara lain : penambahan ruangan ibadah / sholat disisi utara masjid (th. 2009), penambahan auning serta pengecatan kubah (th. 2010), penambahan ruangan wudhu pria (th. 2011), penambahan ruangan untuk penampungan air wudhu (2012), penambahan ruangan ibadah / sholat disisi kanan dan kiri ruangan imam (2014), penambahan kembali auning secara keseluruhan teras (2015) dan pemindahan ruangan wudhu wanita dari sebelah utara ke selatan, memperluas ruang wudhu pria serta pemasangan kramik pada teras masjid (2016).
Pada tahun 2017 dilakukan pembangunan gapura selamat datang dibawah pimpinan Ketua umum Masjid Jami’ Al – Yaqin Rahmat Nur, S.E. (Ta’mir periode 2016 s/d 2021).
Prestasi :
Saat Kepengurusan (Ta’mir) Masjid yang diketuai oleh Bapak Nurdin Muhayat maka gerakan kebersihan menjadi program utama yang selalu ditekankan kepada seluruh jamaah. Tidak heran jika pada tahun 1993 Masjid Jami’ Al – Yaqin keluar sebagai juara III pada lomba kebersihan rumah ibadah tingkat Kodya Bandar Lampung. Begitupun dengan remaja masjidnya. Terbukti pada tahun 2014 Masjid Jami’ Al – Yaqin keluar sebagai juara III tingkat Kotamadya pada lomba seni Qosidah tingkat remaja. Remaja Islam Masjid (RISMA) Jami’ Al – Yaqin dalam bidang tarik suara seperti pembacaan Puisi dan MTQ cukup disegani oleh para remaja masjid lainnya yang ada di Bandar Lampung. Puluhan kali predikat juara diraihnya baik tingkat Kecamatan, Kotamadya, muapun Provinsi.
Struktur Kepengurusan Masjid Jami’ Al – Yaqin :
Pada awalnya setelah Surou / Mushola berubah fungsinya menjadi Masjid. Nazir pada waktu itu adalah H. Muchyiddin (almarhum) sendiri, yang dahulu adalah seorang Penghulu dan seorang haji asal daerah Menggala bernama H. Cik (almarhum).
Pada tahun 1991, tepatnya tanggal 14 Agustus 1991 tanah dimana Masjid Jami’ Al – Yaqin berdiri sekarang resmi menjadi tanah wakaf bersertifikat dengan Nomor Akta Wakaf No. 728 / pt. Desa Pelita atau No. Sertifikat PERTANAHAN (AGRARIA/BPN) WAKAF No. 08.01.05.06.1.00728. dimana di dalam Akta tersebut diterangkan : Merupakan tanah wakaf dengan luas ± 1107 M² dari 2 (dua) orang yang bernama : Hi. MUCHYIDDIN dan Hi. M. YAQIN. Dan para Nazir yang terdiri dari 5 (lima) orang yang bernama : K.H. ALI THOSIM, Hi. AMIN THOSIM, Hi. ALI DENGI, Ki AGUS M. THOYIB dan ABDUL MUKTI. Sehingga secara otomatis resmi terjadi penggantian Nazir dan kelima Nazir pengganti tersebut adalah anggota dari Yayasan Masjid Al – Yaqin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar